Kamis, 15 Maret 2018

Pengembangan Kerupuk Jangek Kulit Ayam


Kerupuk Jangek Kulit Ayam

  1. Kerupuk Jangek, merupakan kerupuk yang berasal dari daerah Sumatera barat. Kerupuk ini berbahan dasar kulit hewan, umumnya yang digunakan adalah kulit kerbau. Keunikan dari kerupuk ini adalah bahan dasarnya yang tidak menggunakan tepung seperti kerupuk lainnya. Kerupuk ini dibuat dengan merebus kulit kerbau yang sebelumnya telah dibersihkan kemudian memanaskannya diatas api supaya bulu-bulunya dapat dicabut. Kemudian dipotong dengan ukuran sekitar 1cm x 1cm ditaburi garam dan dijemur selama dua hingga tiga hari . Setelah itu kerupuk bisa digoreng dengan minyak panas sebanyak dua kali karena kerupuk ini sulit untuk mengembang,. Kerupuk ini dikonsumsi sebagai pelengkap makanan seperti kerupuk udang atau bawang. Di daerah asalnya kerupuk ini merupakan pelengkap sate dan lontong sayur. Untuk ketersediaan di pasar sendiri kerupuk ini belum tentu dapat kita temukan diseluruh wilayah Indonesia, kerupuk jange yang setengah matang (harus digoreng terlebih dahulu) umumnya dijual di beberapa pasar di Sumatera Barat seperti pasar atas bukittinggi dan restoran Padang di beberapa daerah. Melihat tren pasar yang marak dengan kriminalitas dalam pengembangan makanan, pembelian kerupuk jangek yang sudah matang perlu diwaspadai mengingat maraknya pemalsuan bahan makanan dari bahan kulit binatang yang diganti dengan kulit sepatu seperti pada penjualan cireng atau krecek. Jika dikembangkan lebih lanjut produk ini dapat menjadi salah satu sarana untuk menanggulangi foodwaste karena menggunakan bahan kulit binatang. Jika selama ini kulit yang digunakan adalah kulit sapi atau kerbau, kerupuk ini seharusnya dapat dikembangkan dari beberapa jenis kulit binatang yang sering dibuang. Selain itu, kerupuk ini dapat menjadi alernatif bagi masyarakat yang ingin menikmati kerupuk namun memiliki masalah ketika mengonsumsi makanan yang mengandung tapioka atau pengembanga, karena kerupuk ini tidak menggunakan pengambang.

  1. Selama ini kerupuk jangek berbahan dasar kulit sapi atau kerbau. Sayangnya harga kedua hewan ini semakin tinggi sehingga untuk membuat kerupuk ini dibebrapa wilayah akan memakan biaya yang tinggi. Untuk itu saya memiliki ide untuk membuat kerupuk jangek berbahan dasar kulit unggas, dimana harga unggas lebih murah dan lebih mudah dibudidayakan dibanding kerbau atau sapi. Dengan kerupuk dibuat dari kulit ayam, pasar akan semakin luas, mengingat terdapat beberapa golongan yang tidak dapat mengonsumsi sapi dan kerbau baik karena faktor kepercayaan atau karena kesehatan.

  1. Langkah pertama yang dilakukan adalah idea generation dimana tim yang dibentuk akan mengumpulkan ide-ide mengenai bagaimana produk kerupuk jangek ayam ini akan dibuat. Setiap anggota tim akan menguraikan ide mereka masing-masing mengenai modifikasi yang akan dilakukan pada kerupuk jangek berbahan dasar kulit unggas ini, baik ide sumber kulit (dari unggas apa? Ayam, itik ?) atau bagaimana bumbu yang digunakan (hanya ditaburi garam atau ditambahkan kondimen lain?).
Setelah itu dilakukan idea screening dimana ide-ide yang sudah dikumpulkan dibahas satu- persatu, dilihat mana yang mungkin untuk dilakukan baik dari segi ketersediaan alat dan modal maupun penerimaan masyarakat terhadap produk ini nantinya di pasaran. Setelah satu-persatu dibahas tim akan sepakat pada satu atau kominasi dari beberapa ide yang dapat dilakukan pada untuk mengembangkan produk ini.
Langkah ketiga adalah melakukan concept testing dimana ide yang telah disepakati oleh tim diuji coba untuk dibuat. Tim mencoba resep dan lengkah-langkah yang telah disepakati, dilihat seperti apa hasil yang didapat apakah sesuai harapan atau tidak. Contohnya berdasarkan idea generation dan idea screening disepakati bahwa kerupuk jangek yang dibuat adalah kerupuk jangek ayam yang dibuat mengikuti pembuatan kerupuk jangek konvensional dengan tambahan bumbu merica dan garam. Tim akan mencoba melakukan prosedur yang sama dengan pembuatan kerupuk jangek kulit sapi ( merebus, memanaskan, dan menjemur kemudian menggoreng). Setelah prosedur ini dijalankan kerupuk yang dihasilkan sesuai dengan kerupuk yang biasa beredar di pasaran sehingga dapat dilanjutkan lengkah berikutnya.
Kemudian tim melakukan analisa bisnis, dimana modal yang diperlukan untuk membuat satu kemasan kerupuk dihitung kemudian diatur berapa harga yang cocok ketika produk ini diluncurkan dipasaran. Modal yang dihitung mencakup harga bahan mentah yang akan diolah beserta alat-alat yang digunakan untuk mengolah kerupuk ini. Biaya energi (gas, listrik) dan biaya tenaga kerja juga dimasukan dalam perhitungan. Harga juga disesuaikan dengan target konsumen. Setelah tim mendapat gambaran yang jelas mengenai siapa target konsumen dan di daerah mana produk ini akan dipasarkan, maka tim juga melakukan analisa bagaimana mekanisme distribusi produk yang sudah jadi. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai umur simpan dari produk kerupuk ini sehingga tim dapat memprediksi berapa kuota yang didistribusikan pada agen-agen yang akan menjual kerupuk ini (berapa banyak kemasan yang diantar? 25 kantung sekali antar? 50 kantung?) dan frekuensi pengantaran produk (seberapa sering distribusi dilakukan ? tiga hari sekali? Seminggu sekali?).
Setelah didapat analisa bisnis yang matang barulah dilakukan produksi dalam skala percobaan untuk melakukan tes terhadap penerimaan oleh pasar. Tes ini bisa dengan meluncurkan produk ini pada beberapa titik yang dianggap potensial dalam jumlah yang tidak terlalu banyak untuk melihat animo dari masyarakat. Setelah uji coba pasar keluar hasilnya komersialisasi dari produk ini dapat dilakukan, dimana produk diproduksi dan dipasarkan sesuai target pasar yang diharapkan. Selain itu produk juga dilengkapi dengan perizinan yang sesuai dengan kualifikasi produk. Tabel dibawah merupakan penggolongan produk berdasarkan aset yang digunakan dan omset yang diperoleh
npd uts
Sumber: slide kuliah npd pertemuan 1
Setelah produk diluncurkan ke pasaran maka tim akan memonitor produk tersebut di pasaran dan mengevaluasi apa saja yang perlu dibenahi dari proses produksi produk. Untuk kesuksesan produk tim juga perlu bersabar dan menyadari product life cycle yang mencakup introduction(penjualan masih rendah), growth (penjualan mulai meningkat), maturity (penjualan konstan), dan decline (penjualan mulai turun). Sehigga tim harus bisa memprediksi dengan tepat kapan produk masuk ke setiap tahap siklus untu dapat mengevaluasi hasil penjualan dengan tepat.

  1. Mesin oven pengering merupakan teknologi yang tepat, karena membantu mempercepat proses pengeringan dari kulit, sehingga tidak perlu menjemur hingga berhari-hari harga dari oven ini berkisar antara Rp. 6.000.000,- hingga Rp. 15.000.000,- sehingga jika kita perlu hingga 100 buah oven saja kita akan memiliki aset sebesar Rp. 1,5 milyar .Selain itu kita juga memerlukan mesin pencuci untuk mempercepat proses pencucian dimana harga mesin pencuci berkisar Rp. 18.000.000,- sehingga ketika kita memiliki 100 mesin pencuci aset kita adalah Rp 1,8 milyar ketika angka ini ditambah aset untuk mesin pengering kita menghabiskan Rp. 3,3 milyar sehingga masih tergolong usaha menengah.  karena aset maksimal mencapai Rp.10.000.000.000,-.
  2. Untuk pengolahan sama seperti nomor 4 automasi pada produksi mencakup pencucian dan pengeringan. Pencucian dilakukan dengan bantuan konveyor. Untuk pengeringan digunakan drum dryer dimana riset Eskew et.al membuktikan drum dryer dapat mengurangi kadar air dari 80% menjadi 5% dari waktu 20 detik. Ketika telah menembus pasar internasional kerupuk akan hadir dengan keadaan siap makan (telah digoreng), dimana penggorengan menggunakan air fryer yang menghasilkan hasil yang sama dnegan deep fryer namun dengan kandungan lemak yang rendah. Untuk pengemasan digunakan kemasan multilayer yang lebih aman dibanding kemasan alumunium yang lebih mum digunakan untuk pengemasan keripik. . Untuk distribusi digunakan kapal laut seperti distribusi barang lainnya. Bahan yang digunakan juga diuji kadar mikrobanya untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional dengan HACCP.

  1. Merek kerupuk yang ini adalah Jangchick (jangek chicken), produk ini ditempatkan sebagai camilan untuk keluarga. Kemasan jangchick berwarna merah putih menggambarkan produk ini berasal dari Indonesai dengan bahan dan metode asli Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar